Listrik di Benua Etam dipastikan aman, jika ada permintaan besar untuk industri, termasuk di Ibu Kota Nusantara (IKN). Cadangan daya PLN lebih dari 200 Megawatt (MW).
Ketersediaan pasokan listrik di Kalimantan Timur disebut berada dalam kondisi aman. PLN Unit Induk Distribusi (UID) Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Kaltimra) mencatat cadangan daya mencapai 239,8 megawatt (MW) atau sekitar 30 persen dari total kapasitas sistem Mahakam.
Kondisi tersebut diklaim cukup untuk menopang lonjakan kebutuhan energi industri dan pembangunan kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) setidaknya hingga 2026.
Data PLN UID Kaltimra menunjukkan daya mampu pasok sistem Mahakam mencapai 1.050 MW, dengan beban puncak sekitar 790 MW pada Oktober 2025. Dengan cadangan daya 239,8 MW, sistem kelistrikan Kaltim memiliki reserve margin sebesar 30,37 persen, berada di atas ambang aman nasional.
General Manager PLN UID Kaltimra, Muchamad Chaliq Fadli, mengatakan kondisi ini menjadi dasar bagi perluasan kebutuhan energi di sektor industri dan pemerintahan.
Menurutnya, kenaikan permintaan di kawasan industri maupun kawasan pemerintahan baru IKN masih dapat dilayani tanpa risiko defisit daya dalam waktu dekat. “Dengan kondisi sekarang, cadangan kami masih cukup untuk melayani pertumbuhan kebutuhan listrik hingga tahun 2026,” ucap Chaliq, sapaan akrabnya.
Untuk kawasan IKN, PLN juga memperkuat infrastruktur melalui pembangunan Gas Insulated Switchgear (GIS) 4 IKN dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 50 MW. Kedua fasilitas tersebut terhubung langsung dengan Sistem Mahakam, sebagai bagian dari penguatan sistem kelistrikan di kawasan pemerintahan baru.
“Sistem Mahakam menjadi backbone bagi pasokan listrik IKN, dan dengan dukungan GIS serta PLTS, suplai di kawasan inti pemerintahan bisa lebih stabil,” jelasnya.
Selain kesiapan teknis, data PLN mencatat tren konsumsi listrik yang terus meningkat di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Hingga September 2025, total konsumsi listrik tercatat 4.786 gigawatt hour (GWH). Sektor rumah tangga masih mendominasi dengan 2.309 GWH, disusul sektor bisnis 1.027 GWH, dan industri 975 GWH.
Meski rumah tangga masih menjadi pengguna terbesar, PLN mencatat pertumbuhan permintaan cukup tajam di wilayah-wilayah dengan geliat ekonomi baru.
Khusus di IKN, pertumbuhan konsumsi listrik mencapai 76 persen, dari 42,3 juta kilowatt hour (kWh) pada 2024 menjadi 74,6 juta kWh pada 2025. Sedangkan di Kota Bontang, peningkatan konsumsi tercatat 18 persen, dari 618 juta kWh menjadi 734 juta kWh pada periode yang sama.
“Data ini menunjukkan pergeseran konsumsi dari rumah tangga ke sektor-sektor produktif seperti bisnis dan kawasan industri,” ujar Chaliq.
Selain konsumsi, jumlah pelanggan PLN UID Kaltimra juga meningkat signifikan. Dalam dua tahun terakhir, total pelanggan naik 9,8 persen, dari 1.490.569 pelanggan pada 2023 menjadi 1.653.860 pelanggan pada 2025. Dari jumlah tersebut, 89 persen merupakan pelanggan rumah tangga, 7 persen pelanggan bisnis (sekitar 116 ribu pelanggan), dan 990 pelanggan dari sektor industri.
Wilayah IKN tercatat menjadi lokasi dengan pertumbuhan pelanggan tertinggi, yakni naik 29 persen, dari 9.928 pelanggan pada 2023 menjadi 14.151 pelanggan pada 2025.
PLN menilai, cadangan daya dan pertumbuhan pelanggan yang stabil menjadi indikator kesiapan sistem kelistrikan Mahakam dalam menghadapi ekspansi kebutuhan listrik di Kalimantan Timur, terutama untuk industri, kawasan bisnis, dan fasilitas pemerintahan baru.
“Cadangan daya yang memadai memberi ruang fleksibilitas bagi kami untuk mengakomodasi pertumbuhan pelanggan baru tanpa mengorbankan keandalan sistem,” pungkas Chaliq.(SALSABILA/ARIE)













