Perhatian bukan saja soal materi atau uang, perhatian dalam bentuk lain bahkan bisa lebih berarti bagi atlet yang mengharumkan nama daerah. Sayangnya, itu dianggap belum didapatkan pada atlet berprestasi asal Kalimantan Timur (Kaltim), Aliansyah di SEA Games Thailand.
Atlet gulat asal Kalimantan Timur, Aliansyah, peraih medali emas SEA Games Thailand 2025, menyuarakan kekecewaannya terhadap minimnya apresiasi dan perhatian dari pemangku kepentingan olahraga di daerahnya, khususnya Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).
Aliansyah meraih emas pada kelas 67 kilogram gaya Greco-Roman di SEA Games Thailand 2025. Medali tersebut menjadi emas ketiganya sepanjang keikutsertaan di ajang olahraga terbesar Asia Tenggara itu. Dari enam kali tampil di SEA Games, dua di antaranya diraih pada nomor yang sama. Emas pertamanya ia persembahkan pada SEA Games 2011 di nomor 60 kilogram gaya Greco-Roman.
“Setiap SEA Games saya selalu menyumbangkan medali untuk Kaltim. Tapi jujur saya kecewa,” kata Aliansyah saat diwawancarai melalui sambungan telepon, Selasa (23/12/2025).
Ia mengaku beberapa kali menolak diekspos oleh KONI ketika meraih prestasi. Menurutnya, perhatian sering kali baru datang saat atlet sudah berada di puncak prestasi, bukan sejak proses pembinaan.
“Kenapa setelah berprestasi baru mau diambil? Atlet junior juga bisa kena imbasnya. Kami ini hanya latihan, tidak tahu apa-apa soal urusan lain. Kalau tidak ada atlet berprestasi, pemberitaan juga tidak jalan,” ujarnya.
Aliansyah menilai apresiasi terhadap atlet belum dilakukan secara merata antar cabang olahraga. Ia berharap tidak ada perlakuan pilih kasih dalam memberikan penghargaan dan perhatian.
“Jangan hanya karena sepak bola atau cabor tertentu yang disukai saja baru diberi apresiasi. Sekarang saya pulang membawa emas, tapi tidak ada kabar apa-apa,” katanya.
Ia juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap sikap pengurus yang dinilainya kurang hadir secara emosional bagi atlet. Menurut Aliansyah, penghargaan bukan semata soal materi, melainkan kepedulian dan kehadiran.
“Bukan soal uang. Ketua KONI datang foto lalu pulang. Harusnya disambut, ditanya, dilihat perjuangannya. Di daerah lain, ketua KONI datang, memberi perhatian, itu yang kami rasakan,” ujarnya.
Aliansyah juga menyoroti persoalan internal terkait pembinaan gulat di Kaltim. Ia menyayangkan tidak dilibatkannya pelatih gulat Kaltim dalam beberapa agenda resmi. “Yang dipanggil bukan pelatih gulat Kaltim. Harusnya Pak Badriansyah selaku pelatih kami. Tapi yang memberi wejangan justru dari luar struktur pengprov. Itu yang membuat kami bertanya-tanya,” katanya.
Meski mengaku banyak mendapat tawaran untuk membela daerah lain, Aliansyah menyatakan hingga kini masih memilih bertahan membela Kalimantan Timur.
“Kalau saya mau pindah, banyak daerah yang mau menerima. Tapi saya tetap bertahan di Kaltim. Kalau nanti saya dibenci di KONI, tidak apa-apa. Saya menjalani semua ini dengan ikhlas,” ucapnya.
Aliansyah berharap ke depan prestasi atlet, khususnya dari cabang olahraga non-populer, dapat dihargai secara adil dan proporsional, baik dalam pembinaan maupun apresiasi, demi menjaga semangat dan keberlanjutan prestasi olahraga daerah
“Saya juga menyampaikan terima kasih ke pada PB PGSI, bapak Trimedia Panjaitan dan tim pengurus PB PGSI atas dukungannya selama di Sea Games mulai awal sampai akhir tidak meninggalkan tempat pertandingan,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua KONI Kaltim Rusdiansyah Aras, berusaha dihubungi nomor teleponnya sedang tidak aktif tadi malam. (rahmat pratama/arie)













