Featured

Headlines

Puncak Hujan Bikin Waswas

Intensitas hujan di akhir tahun ini yang cukup tinggi tentu menjadi ancaman, banjir hingga tanah longsor paling rawan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Timur (Kaltim) pun tengah bersiaga.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur memperkuat kesiapsiagaan menghadapi puncak musim hujan dengan menata ulang seluruh prosedur mitigasi bencana. Langkah ini mencakup pendistribusian peralatan kebencanaan, pemetaan jalur evakuasi, serta penyegaran tata kerja di lapangan untuk menghadapi potensi banjir, longsor, hingga kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

BPBD Kaltim menegaskan, bahwa kesiapsiagaan tidak cukup bertumpu pada ketersediaan alat. Pola koordinasi, kecepatan informasi, serta pemahaman masyarakat terhadap risiko bencana di lingkungan masing-masing menjadi faktor penentu keberhasilan penanggulangan.

Koordinator Pusdalops BPBD Kaltim, Cahyo Kristanto, mengatakan Pemprov Kaltim mengalokasikan lebih dari Rp 10 miliar untuk kegiatan kesiapsiagaan dan penanganan darurat tahun berjalan. Anggaran ini digunakan untuk pengadaan peralatan, distribusi logistik, operasional posko, dan penguatan kapasitas kabupaten/kota.

“Anggarannya sekitar Rp 10 miliar lebih untuk kesiapsiagaan dan kedaruratan. Itu digunakan untuk memastikan peralatan siap, posko siaga berjalan, dan daerah tidak kekurangan logistik dasar saat bencana,”ujarnya belum lama ini.

Salah satu fokus utama penggunaan anggaran tersebut, ialah pendistribusian Alat Penanggulangan Bencana (APB) ke seluruh kabupaten/kota di Kaltim. Bantuan ini meliputi perahu karet, motor tempel, rompi pelampung, tenda serbaguna, tenda pengungsian keluarga, terpal, lampu penerangan darurat, alat komunikasi portabel, mesin pompa air, senso, baterai, hingga perlengkapan medis ringan untuk penanganan awal.

“APB Kebencanaan ini sudah kami distribusikan ke seluruh kabupaten dan kota. Totalnya lengkap mulai dari perahu karet, tenda, sampai perlengkapan kedaruratan lain yang digunakan saat banjir maupun kebakaran hutan dan lahan,”kata Cahyo.

Bantuan ini disalurkan ke Samarinda, Balikpapan, Bontang, Kutai Kartanegara, Kutai Barat, Kutai Timur, Berau, Paser, Penajam Paser Utara, dan Mahakam Ulu, sesuai karakter ancaman masing-masing daerah. “Kami pastikan kabupaten/kota tidak menunggu terlalu lama ketika terjadi bencana. Setidaknya peralatan dasar sudah ada di daerah,” lanjutnya.

Dari seluruh wilayah, Samarinda dan Balikpapan menjadi daerah dengan titik rawan tertinggi. Di Samarinda, potensi banjir kerap muncul di Sungai Kunjang, Palaran, Samarinda Ilir, Sambutan, Bengkuring, Loa Bakung, Gunung Lingai, Mugirejo, hingga Jalan DI Pandjaitan. Sedangkan di Balikpapan, titik rawan tersebar di Gunung Pasir, Karang Jati, MT Haryono, Batu Ampar, Klandasan, dan kawasan Balikpapan Utara.

Baca Juga:  Kades se-Indonesia Pusing

“Monitoring rutin kami aktifkan, terutama di wilayah yang memiliki riwayat genangan tinggi saat curah hujan ekstrem,” ucap Cahyo.

Upaya penguatan juga dilakukan pada jalur evakuasi. BPBD Kaltim memperbarui pemetaan jalur penyelamatan bersama pemerintah kabupaten/kota dengan menetapkan titik aman di sekolah, kantor kelurahan, gedung serbaguna, hingga posko BPBD.

“Kami sudah berkoordinasi dengan daerah untuk memastikan jalur evakuasi jelas dan bisa dilalui kendaraan. Termasuk memastikan marka jalannya tidak hilang dan titik kumpul bisa digunakan saat kondisi darurat,”ujarnya.

Kesiapan logistik dan perlengkapan darurat turut diperkuat. Sejak 2023, ribuan perlengkapan telah disalurkan ke daerah, mulai dari foldable bed, tower light, tenda multifungsi 6×12 meter, hingga perlengkapan relawan dan sarana pendukung Desa Tangguh Bencana.

“Tower light kami dari BNPB, sedangkan tenda yang kami kirimkan mungkin sedikit lebih kecil ukurannya. Tenda itu saja sudah lebih dari 500-an jenis rangka baja ringan yang kokoh, karena tiap kabupaten/kota kurang lebih dapat 10,”jelas Cahyo.

Pada 2024, BPBD Kaltim juga menyalurkan alat pemadam kebakaran khusus karhutla ke sejumlah perangkat daerah, serta sekitar 30 unit alat evakuasi bagi korban yang terjebak di dalam gedung, Pendistribusiannya ke dua kota dengan kawasan industri dan objek vital nasional, seperti Balikpapan dan Bontang.

Tahun 2025 ini, BPBD menambah 14 ekskavator untuk normalisasi drainase dan penanggulangan longsor. Sebanyak 139 perahu tambahan dan enam speedboat baru juga disiapkan untuk memperluas dukungan evakuasi di lapangan.

Meski demikian, Cahyo mengakui bahwa ketersediaan peralatan tidak akan pernah benar-benar cukup apabila bencana berskala besar terjadi, seperti yang menimpa sejumlah daerah di Sumatera.

“Setidak-tidaknya langkah antisipasi sudah kita lakukan. Kalau melihat Sumatera, apa pun alatnya mungkin tetap tidak akan cukup, tapi kita pastikan masyarakat menerima informasi peringatan dini dan evakuasi tepat waktu,lungkapnya.

Baca Juga:  Malu Dengan Daerah Lain

Di sisi lain, dinamika evakuasi di lapangan juga menjadi tantangan tersendiri. Banyak warga di Samarinda dan Balikpapan memilih mengungsi ke rumah keluarga atau menyewa kamar hotel dibanding tinggal di posko. Kondisi ini membuat proses pendataan harus dilakukan lebih cermat.

“Banyak warga kota tidak mau tinggal di posko karena alasan privasi atau kenyamanan. Jadi kami harus mendata ulang di lapangan supaya bantuan tepat sasaran,” sebut Cahyo.

Selain itu, tim BPBD kerap menemui warga yang enggan dievakuasi meski air sudah naik cukup tinggi. “Ada yang bilang ‘Nanti saja Pak, airnya pasti surut,’ padahal di hulu sudah naik. Kami harus meyakinkan mereka supaya mau dievakuasi,” Kata dia.

Berdasarkan data Pusdalops BPBD Kaltim ada 788 kejadian bencana sepanjang Januari hingga November 2025, dengan estimasi kerugian mencapai Rp 35 miliar. Banjir menjadi bencana paling dominan dengan 245 kejadian, disusul 147 kejadian tanah longsor dan 224 kebakaran permukiman.

Bencana lainnya meliputi dua kejadian abrasi, 42 kejadian cuaca ekstrem, dua kekeringan, 34 karhutla, 50 gempa bumi, serta 42 kejadian lain seperti pohon tumbang, tersambar petir, jembatan roboh, kesetrum, hingga serangan hewan buas.

Dampaknya cukup luas; 35.681 rumah tergenang, 55 fasilitas pendidikan dan 120 fasilitas umum mengalami kerusakan, 36 fasilitas kesehatan terdampak, dan kerusakan terjadi pada 48 kantor, 124 kios/ruko, 23,46 kilometer jalan, serta 15 jembatan. BPBD juga mencatat 73 korban jiwa, 22 orang hilang, 50 orang luka-luka, serta 150.152 warga terdampak, dengan 278 orang di antaranya harus mengungsi.

Samarinda menjadi daerah dengan kejadian terbanyak yakni 223 kejadian, disusul Balikpapan 85 kejadian, Kutai Kartanegara 79 kejadian, Kutai Timur dan Kutai Barat masing-masing 99 kejadian, serta Berau 82 kejadian. Daerah lain seperti Paser (34 kejadian) dan Mahakam Ulu (16 kejadian) turut mencatat insiden yang signifikan.

BPBD Kaltim memastikan penguatan mitigasi akan terus dilakukan, baik melalui alat, sistem informasi, maupun peningkatan kapasitas daerah, agar risiko dan dampak bencana dapat ditekan semaksimal mungkin. (MAYANG/ARIE)

Leave Comment

Related Posts